Perdagangan saham merupakan
sebuah aktivitas yang kompleks dan dinamis setiap saat selalu berubah bergantung pada kondisi ekonomi suatu negara . dimana respon pelaku pasar
terhadapnya akan bervariasi menjadikan pasar bergerak naik dan turun. Pada dasarnya
respon ini dilatarbelakangi oleh harapan dan ketakutan akan sebuah kondisi. Jika diibaratkan seperti permainan, respon pelaku
pasar bergerak relatif terhadap pelaku lainnya.
Teori konsumsi klasik
Salah satu hal yang mempengaruhi
pasar adalah konsumsi. Perusahaan mendapat keuntungan ketika produknya dibeli. Semakin banyak konsumen
membeli produk semakin gendut pula laba perusahaan. otomatis harga sahamnya akan meningkat. Namun
supaya konsumen terus membelinya tentu
saja ada faktor lain. Para ekonom klasik era 1950-an seperti Milton Friedman
dan Fraanco Modigliani berpendapat perilaku konsumsi tergantung pada pendapatan.
Jika penghasilan seseorang berkurang, konsumen akan menempatkan dananya di tabungan.
Akibatnya konsumsi bakal menurun. Sayangnya
pendapatan masyarakat diluar kontrol perusahaan,
malah lebih diatur oleh negara dengan adanya aturan upah minimum pekerja. Biasanya
jika pemerintah menaikan upah minimum pekerja
hal yang pertama diuntungkan adalah saham-saham dari perusahaan
konsumsi. Karena upah minimum meningkat artinya daya
beli konsumen akan produk perusahaan bakal meningkat juga.
Kondisi itu tidak sepenuhnya baik dalam
jangka panjang karena dengan daya beli meningkat perusahaan bisa
menaikkan harga jualnya yang pada akhirnya berdampak pada inflasi. Inflasi menyebabkan daya beli konsumen
menurun, lalu mereka akan kembali menabung persis seperti yang dikatakan teori
diatas. Menabung artinya seseorang mengurangi
konsumsi, dengan demikian konsumsi
barang dan jasa perusahaan pun menciut.
Pada akhirnya harga saham perusahaan berguguran. Kondisi seperti ini akan terus berulang sampai kapan pun.
Paradigma baru menurut Angus Deaton
Sebuah gagasan pemikiran baru
dari pemenang hadiah nobel 2015 bidang ekonomi. Konsumsi barang dan jasa adalah penentu dasar
dalam penetapan kesejahteraan dan tingkat kemiskinan. Ini merupakan buah
pemikiran Angus Deaton, seorang Profesor ekonomi dari Princeton University itu bertentangan
pendapat dengan ekonom di masa
sebelumnya yang cenderung menitikberatkan pertumbuhan ekonomi pada sisi
produksi dan pendapatan. Dalam pandangan
Deaton, peran konsumsi sangat penting pada perekonomian negara. Untuk mengukur
tingkat resesi, kemiskinan dan kemakmuran .
Menurutnya, konsumsi akan tetap
berjalan jika harga produk terjangkau. Makanya, meski pun tidak ada penambahan pendapatan, konsumsi masih bisa meningkat.
berjalan jika harga produk terjangkau. Makanya, meski pun tidak ada penambahan pendapatan, konsumsi masih bisa meningkat.
Jadi dalam paradigm baru ini
konsumsi lebih dipengaruhi oleh
harga. Jika dikaji lebih mendalam teori
klasik menitikberatkan pada faktor eksternal, sementara paradigma baru lebih melihat faktor internal
yaitu harga. Faktor Harga lebih bisa dikendalikan
oleh perusahaan dalam strategi bisnisnya.
Dalam kondisi persaingan sengit
apalagi resesi Sebisa mungkin perusahaan harus menjaga produk dan
jasanya agar tetap terjangkau meskipun dengan konsekuensi keuntungan berkurang. Di sisi lain dengan paradigm ini fungsi pemerintah
akan lebih terfokus pada pengendalian inflasi daripada mengatur upah minimum
yang setiap tahun selalu diikuti demo buruh.
Penjualan stabil, harga saham turun saatnya berinvestasi
Dalam perdagangan saham tidak ada
kondisi yang ideal, harga saham
didasarkan oleh kondisi finansial perusahaan.
memang sih, harapan investor perusahaan miliknya mendapat laba besar dan
berlangsung lama supaya harga sahamnya terus meningkat. Tetapi dalam kondisi
terburuk investor harus berpikir realistis. Dengan mengacu pada paradigma baru
ala Deaton untuk menjaga konsumsi, perusahaan harus berpikir jangka panjang
menjaga kinerjanya , mempertahankan market share , untuk bisa survival dengan
konsekuensi laba dan harga saham menurun. Perusahaan seperti ini lebih menarik untuk
investor jangka panjang yang mengutamakan kuatnya manajemen perusahaan serta
menjadikan harga saham menurun sebagai kesempatan masuk. kembali
Baca juga : Cara memahami pengaruh media terhadap saham
Baca juga : Cara memahami pengaruh media terhadap saham
No comments:
Post a Comment